Jumat, 11 Juli 2008

Keluarga merupakan laboratorium untuk menciptakan hidup yang berkualitas

Bacaan : Efesus 5:15-17.


Pendahuluan.

Keluarga adalah tempat yang nyaman, aman, penuh kehangatan untuk menjalani kehi­dupan bersama bagi setiap anggotanya.

Di samping itu, keluarga adalah tempat untuk bertumbuh dan berkembang secara kreatif dalam berbagai aspek kehidupan.

Karena itu, keluarga harus dijadikan sebagai laboratorium, agar kehidupan keluarga semakin berkualitas.


Pembahasan.

  1. Keluarga menjadi laboratorium kesa­lehan kepada Tuhan (15).

“Perhatikan secara saksama, bagaimana kamu hidup.”

Di dalam kata “perhatikan” terkandung maksud untuk melihat, meng­ob­servasi dan meneliti secara saksama.

Yang harus dilihat, diobservasi dan diteliti di dalam keluarga orang Kristen adalah, apakah kehidupan keluarga Kristen sudah mencapai standar kesalehan kepada Tuhan.

Untuk itu, maka keluarga Kristen seha­rus­nya menjadi pusat laboratorium (penelitian) kesalehan kepada Tuhan. Sehingga keluarga Kristen menjadi tempat untuk membangun keh­i­dupan moral secara kreatif. Sebab sikap moral meru­pakan dasar kesalehan manusia kepada Tuhan.

Dengan demikian, keluarga Kristen yang berkualitas adalah keluarga yang hidup berdasarkan kesalehan kepada Tuhan.

Oleh karena itu, setiap anggota keluarga Kristen perlu saling memberi teladan kesalehan, supaya menjadi orang yang taat kepada semua kehendak Tuhan.

Jika seorang suami melihat istrinya menjadi orang yang kurang memiliki kesalehan kepada Tuhan, maka sebagai suami harus menjadi teladan kesaselahan bagi istrinya.

Jika seorang istri melihat suaminya menjadi orang yang kurang memiliki kesalehan kepada Tuhan, maka sebagai istri harus menjadi teladan kesalehan bagi suaminya.

Jika orangtua melihat anak-anaknya menjadi orang-orang yang kurang memiliki kesalehan kepada Tuhan, maka orangtua harus menjadi teladan keselehan kepada anak-anaknya.

Sebab perkembangan kesalehan anak-anak itu didapat dari meneladani apa yang telah dilakukan dan diajarkan oleh orangtua.

Anak-anak akan menjadi rajin berdoa karena melihat orangutanya rajin berdoa. Anak-anak akan rajin pergi ke gereja karena melihat orangtuanya rajin pergi gereja. Anak-anak akan rajin terlibat dalam pelayanan karena melihat orangtuanya rajin melayani Tuhan.

Dan bahkan dalam banyak hal anak-anak pun bisa menjadi teladan kesalehan bagi orangtuanya.

Jika hal tersebut terjadi dalam kehidupan keluarga kita, maka keluarga kita akan benar-benar menjadi laboratorium kesa­lehan yang kreatif.

  1. Keluarga menjadi laboratorium untuk mengerti kehendak Tuhan (17).

Bagaimana kita dapat mengerti kehendak Tuhan? Kita harus mau dipenuhi dengan Roh Kudus (18). Artinya, kita mau dikuasi dan dipimpin Roh Kudus, sebab Roh Kudus akan selalu mengingatkan kita, bahwa kita ini adalah anak-anak terang (8-9) yang harus melakukan:


  1. Kebaikan, yaitu kebajikan (agatahosune) adalah jiwa atau semangat untuk memiliki hidup yang berkemurahan hati.

Kehidupan keluarga Kristen yang memiliki kebajikan akan menjadikan keluarga tersebut sebagai tempat yang memberi ketenteraman bagi seluruh anggota keluarganya.

Mengapa? Karena masing-masing ang­gota keluarga mau meneliti dalam hidupnya apakah dirinya telah memiliki kemurahan hati yang harus dicurahkan bagi setiap anggota keluarga.

Dari hasil penelitiannya tersebut, kemu­dian masing-masing anggota keluarga ber­lomba-lomba untuk menerapkan kemu­rahan hatinya.

Seorang suami memberikan kemurahan hatinya kepada istrinya. Seorang istri mem­berikan kemurahan hatinya kepada suaminya. Orangtua memberikan kemurahan hatinya kepada anak-anaknya. Anak-anak juga sa­ling memberikan kemurhan hati dan seka­ligus memberikan kemurhan hati kepada orangtuanya.


  1. Keadilan, (dikaiosune) memberikan kepada manusia dan Allah apa yang menjadi hak mereka.

Kehidupan keluarga Kristen yang memiliki keadilan akan menjadikan keluarga tersebut sebagai tempat yang memberi kenyamanan bagi seluruh anggota keluar­ganya.

Sebab sifat dari keadilan adalah menempatkan persoalan pada tempat yang sebenarnya.

Jika dalam keluarga ada yang bermasalah, maka yang salah harus ditempatkan sebagai yang salah dan mengakui kesa­lahannya. Dan yang benar ditempatkan pada posisi yang benar.

Jika dalam keluarga ada yang bermasalah, dan kedua-duanya salah, maka keduanya harus mengakui kesalahannya.

Jika dalam keluarga ada yang bermasalah, dan keduanya sama-sama benar, maka keduanya harus dinyatakan sama-sama benar.

  1. Kebe­naran, (aletheia) yaitu melakukan hal yang benar baik secara intelektual maupun moral.

Keluarga Kristen adalah tempat pem­bentukan intelektual dan moral bagi seluruh anggotanya.

Karena itu, orangtua mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangan intelek­tual dan moral anak-anak. Anak-anak akan menjadi anak-anak yang cerdas secara intelektual dan cerdas secara moral pertama-tama belajar dari dalam rumah, itu berarti belajar dari orangtua.

Jika orangtua menanamkan kecerdasan intelektual dan moral dengan cara yang benar kepada anak-anaknya, maka kecerasan intelektual dan moral anak-anak akan dapat bertumbuh dan berkembang secara baik.


  1. Keluarga menjadi laboratorium untuk memuji (19).

Pujian bukan saja dalam bentuk nyanyian, mazmur dan puji-pujian. Tetapi terlebih dari itu, bahwa dalam keluarga harus saling memberi pujian antara satu dengan yang lain.

Mengapa hal ini penting dalam kehidupan keluarga Kristen? Agar dari dalam mulut setiap anggota keluarga Kristen tidak keluar hal yang kotor, yang najis, yang melukai batin, yang membuat orang tersinggung, membuat orang marah, membuat orang putus asa.

Karena itu, dari mulut masing-masing anggota keluarga Kristen seharusnya yang keluar adalah pujian antara anggota keluargta yang satu dengan yang lainnya. Sebab dengan pujian tersebut orang bisa memiliki semangat untuk memperjuangkan kehidupan.

Di samping itu, kita harus memahami bahwa semua kata-kata yang keluar dari dalam mulut kita sebenarnya adalah aroma hati kita.

Jika yang keluar dari mulut kita adalah berbagai makian, maka itulah sebenarnya aroma hati yang sesungguhnya.

Namun, jika yang keluar dari mulut kita adalah berbagai pujian baik bagi kemuliaan Tuhan, maupun untuk memberi dukungan kepada setiap anggota keluarga, maka itulah aroma hati kita yang sesungguhnya.


  1. Keluarga menjadi laboratorium untuk meng­ucap syukur (20).

Mengucap syukur atas segala kebaikan Tuhan untuk hidup keluarga kita, yang wujudnya adalah perlindungan Tuhan, berkat-berkat Tuhan, pekerjaan kita, talenta kita untuk melayani-Nya dan kemam­puan kita berbuat baik kepada orang lain.

Di dalam kehidupan keluarga Kristen, orangtua mempunyai peranan penting untuk memberi teladan kepada anak-anak agar mereka tahu berterima kasih dan mengucap syukur untuk semua yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Saya pernah begitu terkejut. Tetapi sekaligus kagum. Sebab ketika kami meng­adakan ibadah lesehan dengan menggunakan tikar, ketika kantong kolekte sedang diedarkan, ada anak kecil yang belum bisa berjalan, dia merangkak mengejar orang yang sedang mengedarkan kantong kolekte tesebut. Kemudian dia mema­sukkan uang per­sem­bahan ke dalam kantong kolekte.

Mengapa itu bisa terjadi? Karena orangtuanya telah memberi teladan anaknya yang masih kecil dan memberi dorongan untuk mengucap syukur kepada Tuhan atas berkat-berkat yang telah mereka terima.

Karena itu, marilah keluarga kita, kita gunakan sebagai laboratorium untuk mengucap syukur kepada Tuhan, atas semua kebaikan-Nya.

Dengan demikian, kita perlu secara jujur untuk menghitung setiap berkat yang Tuhan telah berikan kepada keluarga kita. Dan secara jujur pula mengucap syukur kepada Tuhan.



  1. Keluarga menjadi laboratorium untuk memiliki rasa hormat (21).

Artinya, bahwa dalam keluarga, antara anggota keluarga yang satu dengan yang lainnya harus saling menghargai.

Suami harus menghargai istri, karena istri telah menghayati dan melaksanakan perannya atas panggilan Tuhan di balik tugasnya sehari-hari sebagai ibu rumah tangga. Dengan demikian, dia adalah penolong yang sepadan bagi suaminya.

Istri harus menghargai suami, karena suami harus menghayati dan melaksanakan perannya sebagai kepala keluarga, yang ber­tanggung jawab untuk mengambil kepu­tusan, menjadi inisiator, pelindung dan organisator dalam keluarga.

Anak-anak harus menghormati dan menghargai kedua orangtuanya, kerena mereka telah menghayati dan melaksanakan perannya sebagai orangtua dengan penuh tanggung jawab.

Jika dalam kehidupan keluarga, setiap anggotanya dapat melakukan yang demikian, maka keluarga tersebut telah menjadi laboratorium untuk saling menghormati dan menghargai antara satu dengan yang lainnya.


Kesimpulan.

Kehidupan keluarga kita akan benar-benar berkualitas, jika kita mau menggunakan sebagai laboratorium yang dapat melihat segala kekurangan. Kemudian dengan kesungguhan hati bersedia memperbaikinya.

Sehingga keluarga kita akan menjadi tempat yang nyaman, aman, penuh kehangatan dan seluruh anggota keluarga dapat bertumbuh dan ber­kem­bang secara kreatif dalam berbagai aspek kehidupan.

Keluarga merupakan laboratorium untuk menciptakan hidup yang berkualitas

Bacaan : Efesus 5:15-17.


Pendahuluan.

Keluarga adalah tempat yang nyaman, aman, penuh kehangatan untuk menjalani kehi­dupan bersama bagi setiap anggotanya.

Di samping itu, keluarga adalah tempat untuk bertumbuh dan berkembang secara kreatif dalam berbagai aspek kehidupan.

Karena itu, keluarga harus dijadikan sebagai laboratorium, agar kehidupan keluarga semakin berkualitas.

Pembahasan.

  1. Keluarga menjadi laboratorium kesa­lehan kepada Tuhan (15).

“Perhatikan secara saksama, bagaimana kamu hidup.”

Di dalam kata “perhatikan” terkandung maksud untuk melihat, meng­ob­servasi dan meneliti secara saksama.

Yang harus dilihat, diobservasi dan diteliti di dalam keluarga orang Kristen adalah, apakah kehidupan keluarga Kristen sudah mencapai standar kesalehan kepada Tuhan.

Untuk itu, maka keluarga Kristen seha­rus­nya menjadi pusat laboratorium (penelitian) kesalehan kepada Tuhan. Sehingga keluarga Kristen menjadi tempat untuk membangun keh­i­dupan moral secara kreatif. Sebab sikap moral meru­pakan dasar kesalehan manusia kepada Tuhan.

Dengan demikian, keluarga Kristen yang berkualitas adalah keluarga yang hidup berdasarkan kesalehan kepada Tuhan.

Oleh karena itu, setiap anggota keluarga Kristen perlu saling memberi teladan kesalehan, supaya menjadi orang yang taat kepada semua kehendak Tuhan.

Jika seorang suami melihat istrinya menjadi orang yang kurang memiliki kesalehan kepada Tuhan, maka sebagai suami harus menjadi teladan kesaselahan bagi istrinya.

Jika seorang istri melihat suaminya menjadi orang yang kurang memiliki kesalehan kepada Tuhan, maka sebagai istri harus menjadi teladan kesalehan bagi suaminya.

Jika orangtua melihat anak-anaknya menjadi orang-orang yang kurang memiliki kesalehan kepada Tuhan, maka orangtua harus menjadi teladan keselehan kepada anak-anaknya.

Sebab perkembangan kesalehan anak-anak itu didapat dari meneladani apa yang telah dilakukan dan diajarkan oleh orangtua.

Anak-anak akan menjadi rajin berdoa karena melihat orangutanya rajin berdoa. Anak-anak akan rajin pergi ke gereja karena melihat orangtuanya rajin pergi gereja. Anak-anak akan rajin terlibat dalam pelayanan karena melihat orangtuanya rajin melayani Tuhan.

Dan bahkan dalam banyak hal anak-anak pun bisa menjadi teladan kesalehan bagi orangtuanya.

Jika hal tersebut terjadi dalam kehidupan keluarga kita, maka keluarga kita akan benar-benar menjadi laboratorium kesa­lehan yang kreatif.

  1. Keluarga menjadi laboratorium untuk mengerti kehendak Tuhan (17).

Bagaimana kita dapat mengerti kehendak Tuhan? Kita harus mau dipenuhi dengan Roh Kudus (18). Artinya, kita mau dikuasi dan dipimpin Roh Kudus, sebab Roh Kudus akan selalu mengingatkan kita, bahwa kita ini adalah anak-anak terang (8-9) yang harus melakukan:


  1. Kebaikan, yaitu kebajikan (agatahosune) adalah jiwa atau semangat untuk memiliki hidup yang berkemurahan hati.

Kehidupan keluarga Kristen yang memiliki kebajikan akan menjadikan keluarga tersebut sebagai tempat yang memberi ketenteraman bagi seluruh anggota keluarganya.

Mengapa? Karena masing-masing ang­gota keluarga mau meneliti dalam hidupnya apakah dirinya telah memiliki kemurahan hati yang harus dicurahkan bagi setiap anggota keluarga.

Dari hasil penelitiannya tersebut, kemu­dian masing-masing anggota keluarga ber­lomba-lomba untuk menerapkan kemu­rahan hatinya.

Seorang suami memberikan kemurahan hatinya kepada istrinya. Seorang istri mem­berikan kemurahan hatinya kepada suaminya. Orangtua memberikan kemurahan hatinya kepada anak-anaknya. Anak-anak juga sa­ling memberikan kemurhan hati dan seka­ligus memberikan kemurhan hati kepada orangtuanya.


  1. Keadilan, (dikaiosune) memberikan kepada manusia dan Allah apa yang menjadi hak mereka.

Kehidupan keluarga Kristen yang memiliki keadilan akan menjadikan keluarga tersebut sebagai tempat yang memberi kenyamanan bagi seluruh anggota keluar­ganya.

Sebab sifat dari keadilan adalah menempatkan persoalan pada tempat yang sebenarnya.

Jika dalam keluarga ada yang bermasalah, maka yang salah harus ditempatkan sebagai yang salah dan mengakui kesa­lahannya. Dan yang benar ditempatkan pada posisi yang benar.

Jika dalam keluarga ada yang bermasalah, dan kedua-duanya salah, maka keduanya harus mengakui kesalahannya.

Jika dalam keluarga ada yang bermasalah, dan keduanya sama-sama benar, maka keduanya harus dinyatakan sama-sama benar.

  1. Kebe­naran, (aletheia) yaitu melakukan hal yang benar baik secara intelektual maupun moral.

Keluarga Kristen adalah tempat pem­bentukan intelektual dan moral bagi seluruh anggotanya.

Karena itu, orangtua mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangan intelek­tual dan moral anak-anak. Anak-anak akan menjadi anak-anak yang cerdas secara intelektual dan cerdas secara moral pertama-tama belajar dari dalam rumah, itu berarti belajar dari orangtua.

Jika orangtua menanamkan kecerdasan intelektual dan moral dengan cara yang benar kepada anak-anaknya, maka kecerasan intelektual dan moral anak-anak akan dapat bertumbuh dan berkembang secara baik.


  1. Keluarga menjadi laboratorium untuk memuji (19).

Pujian bukan saja dalam bentuk nyanyian, mazmur dan puji-pujian. Tetapi terlebih dari itu, bahwa dalam keluarga harus saling memberi pujian antara satu dengan yang lain.

Mengapa hal ini penting dalam kehidupan keluarga Kristen? Agar dari dalam mulut setiap anggota keluarga Kristen tidak keluar hal yang kotor, yang najis, yang melukai batin, yang membuat orang tersinggung, membuat orang marah, membuat orang putus asa.

Karena itu, dari mulut masing-masing anggota keluarga Kristen seharusnya yang keluar adalah pujian antara anggota keluargta yang satu dengan yang lainnya. Sebab dengan pujian tersebut orang bisa memiliki semangat untuk memperjuangkan kehidupan.

Di samping itu, kita harus memahami bahwa semua kata-kata yang keluar dari dalam mulut kita sebenarnya adalah aroma hati kita.

Jika yang keluar dari mulut kita adalah berbagai makian, maka itulah sebenarnya aroma hati yang sesungguhnya.

Namun, jika yang keluar dari mulut kita adalah berbagai pujian baik bagi kemuliaan Tuhan, maupun untuk memberi dukungan kepada setiap anggota keluarga, maka itulah aroma hati kita yang sesungguhnya.


  1. Keluarga menjadi laboratorium untuk meng­ucap syukur (20).

Mengucap syukur atas segala kebaikan Tuhan untuk hidup keluarga kita, yang wujudnya adalah perlindungan Tuhan, berkat-berkat Tuhan, pekerjaan kita, talenta kita untuk melayani-Nya dan kemam­puan kita berbuat baik kepada orang lain.

Di dalam kehidupan keluarga Kristen, orangtua mempunyai peranan penting untuk memberi teladan kepada anak-anak agar mereka tahu berterima kasih dan mengucap syukur untuk semua yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Saya pernah begitu terkejut. Tetapi sekaligus kagum. Sebab ketika kami meng­adakan ibadah lesehan dengan menggunakan tikar, ketika kantong kolekte sedang diedarkan, ada anak kecil yang belum bisa berjalan, dia merangkak mengejar orang yang sedang mengedarkan kantong kolekte tesebut. Kemudian dia mema­sukkan uang per­sem­bahan ke dalam kantong kolekte.

Mengapa itu bisa terjadi? Karena orangtuanya telah memberi teladan anaknya yang masih kecil dan memberi dorongan untuk mengucap syukur kepada Tuhan atas berkat-berkat yang telah mereka terima.

Karena itu, marilah keluarga kita, kita gunakan sebagai laboratorium untuk mengucap syukur kepada Tuhan, atas semua kebaikan-Nya.

Dengan demikian, kita perlu secara jujur untuk menghitung setiap berkat yang Tuhan telah berikan kepada keluarga kita. Dan secara jujur pula mengucap syukur kepada Tuhan.



  1. Keluarga menjadi laboratorium untuk memiliki rasa hormat (21).

Artinya, bahwa dalam keluarga, antara anggota keluarga yang satu dengan yang lainnya harus saling menghargai.

Suami harus menghargai istri, karena istri telah menghayati dan melaksanakan perannya atas panggilan Tuhan di balik tugasnya sehari-hari sebagai ibu rumah tangga. Dengan demikian, dia adalah penolong yang sepadan bagi suaminya.

Istri harus menghargai suami, karena suami harus menghayati dan melaksanakan perannya sebagai kepala keluarga, yang ber­tanggung jawab untuk mengambil kepu­tusan, menjadi inisiator, pelindung dan organisator dalam keluarga.

Anak-anak harus menghormati dan menghargai kedua orangtuanya, kerena mereka telah menghayati dan melaksanakan perannya sebagai orangtua dengan penuh tanggung jawab.

Jika dalam kehidupan keluarga, setiap anggotanya dapat melakukan yang demikian, maka keluarga tersebut telah menjadi laboratorium untuk saling menghormati dan menghargai antara satu dengan yang lainnya.


Kesimpulan.

Kehidupan keluarga kita akan benar-benar berkualitas, jika kita mau menggunakan sebagai laboratorium yang dapat melihat segala kekurangan. Kemudian dengan kesungguhan hati bersedia memperbaikinya.

Sehingga keluarga kita akan menjadi tempat yang nyaman, aman, penuh kehangatan dan seluruh anggota keluarga dapat bertumbuh dan ber­kem­bang secara kreatif dalam berbagai aspek kehidupan.